Kamis, 26 April 2012

Anak Tak Bisa Memilih

 


Anak tak bisa memilih, lewat rahim siapa dia akan dilahirkan ke dunia..
Anak tak bisa memilih, siapa yang harus menjadi ayah dan ibunya..
Anak tak bisa memilih, dalam lingkungan seperti apa dia akan dibesarkan..
Anak tak bisa memilih, anak tak pernah memilih..

Ketika anak tak bisa memilih, orang tua bisa..
Ketika anak tak punya pilihan, orang tua selalu punya...
Maka, membuat pilihan yang tepat adalah tugas orang tua..
Maka, menggunakan logika tanpa memperturutkan rasa adalah kewajiban orang tua...

Jika rasa pernah menguasai kita dalam memilih pasangan hidup..
Maka membuat akal menguasai kita setelah hidup berdampingan adalah sebuah keharusan..
Kapal yang mengarungi samudera akan mengalami bahaya ketika diserahkan pada nakhoda yang hanya mengandalkan rasa..
Kapal yang diterpa badai tak akan keluar dari bahaya ketika nakhoda tak menggunakan logika..
Kapal tak akan lagi berlayar karena karam ketika ada dua nakhoda yang mempunyai logika yang berbeda, yang selalu mengedepankan rasa di atas logika..

Lalu tengoklah..
Korban-korban yang berjatuhan..
Isak tangis manusia-manusia mungil, yang tak bisa bicara..
Yang tak tahu harus bicara apa..
Yang tak pernah diberi kesempatan untuk bicara mengapa..
Ketika orang tua tercerai berai karena ditunggangi amarah sehingga mengedepankan rasa..

Lalu lihatlah..
Anak-anak yang berjauhan..
Hidup tak lagi dalam pelukan kasih sayang..
Mencoba mengais kasih dari keluarga dekat namun tak didapat..
Mencoba mempertahankan belas kasihan dengan melumuri tangan, tubuh dan kaki mereka
dengan beratnya beban hidup dan pekerjaan..
Meski telapak tangan kapalan dan letih mendera..
Walau tonjolan urat bermunculan sebagai balasan sesuap makanan dan seteguk minuman..

Kemudian perhatikanlah..
Sosok mereka yang kecil, yang tak tertangkap mata dan luput dari perhatian..
Saat niat jahat mulai merasuk, tak ada yang dapat menghalau agar tak hinggap menjamah mereka..
Maka kecemasan, kegelisahan, dan ketakutan mereka tak dapat menemukan tautan..
Teriakan minta tolong, saat tubuh mungil mereka yang lemah dicabik-cabik oleh angkara murka..
Tak mampu menerobos ruang dengar kita...


Saat air mata mengalir dan darah membasahi sekujur tubuh..
Saat tinggal kepasrahan dan songsongan malaikat maut yang menjemput dengan senyum cinta kasih..
Saat itu kita tengah bergulat dengan urusan kita..

Ketika jasad kaku terguyur curahan hujan yang berduka menyaksikan angkara..
Ketika itu kita baru tersentak..
Ketika tubuh ahli surga itu ditemukan...
Ketika itu barulah isak tangis penyesalan kita bersahut-sahutan...

Maka kita kemudian mencari pembenaran diri..
Maka kita kemudian mencari kambing hitam kepada siapa kesalahan dapat dilimpahkan..
Maka sesungguhnya, kita orang tualah yang harus paling banyak sadar dan belajar..

Anak tak bisa memilih..
Seandainya anak bisa memilih, dia akan tetap ingin bersama ayah dan ibunya..
Walau belum tentu ayah dan ibu adalah ayah dan ibu ideal yang sesuai dengan harapannya..
Dia ingin mengulum senyum setiap hari dan melantunkan do'a:
           "Robbighfirlii waliwalidayya warhamhumma kamaa robbayaani shoghiiro ..".
Duhai Tuhanku, ampunilah kedua orangtuaku dan kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mengasihi aku di saat aku masih kecil..


(catatan kenangan untuk ananda di Tl. Kelapa: "Allah lebih mencintaimu, sayang..")


Tidak ada komentar:

Posting Komentar